Saat kembali ku
buka mataku, di suatu hari yang tak kuketahui takdirnya. Aku tersungkur sangat
hebat dari tidurku. Ada banyak keajaiban yg tlah menungguku didepan. Bentang
waktu memedangi lagaku, aku belum melangkah, bahkan seperempat jalanpun, tidak!
Sebelum tiba hari
ini, telah banyak cerita ku ukir pada dinding2 jiwaku, pada cawan2 hatiku,.
Telah banyak yang Q lalui, oleh ragaku yang akhirnya dapat tertatih, sampai
hari ini,, Q telah kehilangan satu hal yang Q fikir itu sangat berharga. Tapi
entah, sampai kapan itu akan setia dalam benakku. Tak ada sedikitpun dendam
yang tertoreh, tapi trauma itu amat dalam tergores. Q telah bangkit sekarang,
tapi perih masih sesekali menyanyat hatiku, entah seberapa dalam luka itu
tertoreh, dan entah, akan seberapa lama, semua dapat terbayarkan.
Bukan kata maafnya
Q tunggu, tapi hanya sebuah pengakuan dari ketulusan yang dpt menggetarkan
hatiku, melepaskan bebanku, melenyapkan perihku. Q telah percaya pada syair,
percaya pada semua yang telah Q percayai selama ini. Tapi yang Q dapatkan hanya
kenihilan. Tak ada satupun kepastian yang membawaku sekarang. Penantian itu
hanya satu hal yang dilakukan orang2 bodoh! Dan mungkin itu aku, itu aku, orang
bodoh yang menantikan sebuah kenihilan.
Sekarang, pada diriku
sendiri. Q katakan” kehidupan adalah fantasi, fatamorgana nyata, horizon
cakrawala, dan mimpi. Maka saat kau merasa itu adalah kemenangan yang telah kau
raih, maka rasakan pula keterpurukan dan kekalahan yang telah kau dapatkan.
Waktu adalah ilmu, waktu adalah pengalaman, waktu adalah pedang. Jika ada satu
hal yang tak kau megerti, bukan berarti kamu lugu atau bodoh, tapi karena
pengalaman belum mengajarkanmu tentang itu. Maka nantikanlah saat dimana kau
akan memahaminya dengan senyuman, dengan tangisan, atau dengan cara apapun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar